"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa", (Qs Al Baqarah 183).
Ayat ini dipahami betul oleh seorang pria bernama Frederic Oumar Kanoute. Bagi pria kelahiran Lyon Prancis, 2 September 1977 tersebut, puasa Ramadan adalah wajib dan tidak bisa ditawar-tawar. Meski ia berprofesi sebagai pemain sepak bola profesional dan dituntut memiliki stamina yang prima, puasa bukanlah menjadi hambatan untuknya.
Suatu petang di salah satu kota di Andalusia, Spanyol, Kanoute membuktikan kepada puluhan ribu publik bahwa keimanannya untuk tetap menahan lapar dan haus, tidak menyurutkan kemampuannya untuk berjibaku di lapangan hijau. Padahal klubnya Sevilla tengah menghadapi klub raksasa Spanyol, Barcelona di Final leg pertama Piala Super Spanyol 2010.
Pelatih Kanoute, Antonio Alvares awalnya membangku cadangkannya karena sadar sang pemain baru saja menjalani puasa makan dan minum selama 12 jam. Dia memutuskan untuk menggunakan jasa Kanoute di babak kedua.
Kanoute memasuki lapangan. Cukup 10 menit baginya untuk mengantarkan keunggulan bagi Sevilla. Tidak berhenti hingga di situ, Kanoute kembali menambah golnya dan mengantarkan Sevilla menang 3-1 atas Barcelona pada Agustus 2010 lalu. Meski akhirnya Barca yang menjadi juara dengan menjungkalkan Sevilla dengan skor 4-0 di leg kedua di stadion Camp Nou.
Aksi Kanote bisa dibilang tetap mengkilap selama Ramadan. Total dia bukukan setengah lusin gol ke gawang lawan di saat tubuhnya tengah menjalankan puasa.
“Saya coba menjalankan kepercayaan dengan sebaik yang saya bisa. Seorang muslim pun tahu puasa justru menyimpan kekuatan dan tidak akan memperlemah kemampuan seorang muslim,” ujar Kanoute seperti dikutip The Independent.
Apa yang dikatakan pemain yang memiliki sebuah masjid di kota Sevilla itu merujuk sejarah kemenangan tentara muslim yang tengah berpuasa di medan badar di zaman Rasulullah Muhammad SAW.
Bukan hanya Kanoute yang tetap menjalankan puasa di tengah ketatnya persaingan sepak bola Eropa, gelandang klub Inter Milan yang sempat dipinjamkan ke Sunderland, Sulley Muntari pun melakukan hal serupa.
Tantangan bagi Muntari terbilang lebih berat dari apa yang dialami Kanoute. Saat Inter masih di bawah kendali pelatih, Jose Mourinho, Muntari tetap menjalankan ibadah walau tidak sejalan dengan keinginan sang pelatih berjuluk The Special One itu.
Pemain asal Ghana ini tidak gentar dengan keputusannya melawan sang pelatih. Mourinho bahkan pernah menyatakan kepada publik keberatannya atas keputusan Muntari berpuasa.
“Muntari punya berbagai kendala yang terkait bulan Ramadan. Tetap menjalankan puasa adalah tidak ideal bagi kondisi seorang olahragawan,” begitu ungkap Mourinho pada Agustus 2009, seperti dikutip Dailymail.
Ucapan yang langsung mendapat reaksi keras, bahkan dari publik Italia yang non-muslim. Mourinho dianggap tidak menghargai kepercayaan Muntari yang tetap ingin beribadah dan bertarung di lapangan hijau.
Presiden Organisasi Muslim Italia, Mohamed Nour Dachan mengatakan berpuasa justru akan memberikan kekuatan mental dan psikologi yang lebih bagi seorang pesepakbola muslim seperti Muntari. Karenanya menjadi keuntungan bagi sang pelatih jikalau sang pemain memiliki motivasi lebih saat turun laga dalam kondisi berpuasa.
Komentar Dachan didukung oleh seorang pelatih fisik ternama Italia, Stefano Tirelli. “Memang ada atlet yang terkuras energinya dengan berpuasa. Tetapi ada pula yang memiliki pengaturan emosi dan genetik baik sehiingga tetap memiliki kapasitas fisik yang sama dengan orang yag tidak berpuasa,” jelasnya.
Mourinho pun melunak. Pelatih berkebangsan Portugal itu mengizinkan Muntari untuk tetap menjalankan ibadahnya.
Jose Mourinho bahkan kini memiliki sikap toleransi yang jauh lebih tinggi. Ini tidak terlepas dari tujuh pemainnya di klub Real Madrid merupakan muslim yang memiliki kepercayaan menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan.
Mereka adalah Mahmadou Diarra, Lassana Diarra, Sami Khedira, Mesut Ozil, Nuri Sahin, Hamit Altintop dan Karem Benzema.
Kendati ada yang tetap berpuasa, sejumlah pesepak bola lain memutuskan untuk tidak berpuasa dan menggantinya dengan membayar fidyah di akhir Ramadan. Salah satunya adalah mantan gelandang Juventus yang kini memperkuat PSG, Mohammed Sissoko. Mengenai hal ini, ada sejumlah ulama yang memberi toleransi.
Seperti dikutip situs Bikyamasr, ulama Al Azhar pernah memfatwakan izin tidak berpuasa bagi para pesepakbola saat hari pertandingan.
Terlepas dari fatwa itu, para pesepakbola seperti Kanoute dan Muntari memberi contoh bagaimana puasa tidak hanya dihabiskan untuk tidur dan bermalas-malasan. Keduanya justru tetap berlatih sama dengan pemain bola yang non-muslim dan bermain di kompetisi yang ketat dalam kondisi menahan haus, lapar serta harus meredam emosi.
source: Republika
0 komentar:
Posting Komentar
ayo tinggalkan komentar mu :D