Produsen gelang Power Balance mengakui tidak punya bukti kuat bahwa produknya seampuh yang digembar-gemborkan selama ini. Sebelumnya, Power Balance gencar mempromosikan bahwa gelang dari bahan silikon yang disertai hologram itu dapat meningkatkan kekuatan, keseimbangan, dan fleksibilitas tubuh pemakainya.
“Kami mengakui bahwa tidak ada bukti scientific yang kredibel untuk mendukung klaim kami dan hal tersebut termasuk perbuatan menyesatkan,” tulis produsen gelang Power Balance di situs webnya. Pernyataan itu ditujukan sebagai klarifikasi atas iklan yang mereka keluarkan. Selain itu, produsen gelang “berkhasiat” tersebut juga meminta maaf jika ada pembeli yang merasa tertipu dengan promosinya. Mereka dapat meminta pengembalian uang melalui situs atau menghubungi hotline yang disediakan hingga 30 Juni 2011.
Namun, pernyataan tersebut baru dikeluarkan produsen Power Balance di Australia karena promosi yang dilakukan dianggap melanggar Undang-Undang Praktik Perdagangan di negara tersebut. Tidak jelas apakah Power Balance juga akan melakukan hal yang sama secara internasional, termasuk di Indonesia. Selama ini Power Balance telah membanjiri Tanah Air. Tidak sedikit pengguna yang mengenakannya karena percaya dengan khasiatnya bagi tubuh. Apalagi, Power Balance dipromosikan dengan testimoni sejumlah olahragawan dan selebriti dunia. Bahkan, saking larisnya, beredar pula gelang sejenis dengan harga jauh lebih murah.
Badan pengawas konsumen Australia, Australian Competition and Consumer Commission (ACCC) telah memerintahkan Power Balance Australia untuk mengembalikan seluruh kerugian pelanggan yang telah disesatkan oleh manfaat yang diklaim produsen gelang tersebut. Meski telah diakui tidak memiliki manfaat, namun gelang tersebut masih saja “in” di Indonesia. Buktinya, gelang tersebut masih ngetren di mal-mal, sekolah, tempat futsal, bahkan kantor-kantor. Lantas, bagaimana pandangan pengamatan pakar telematika Abimanyu Wachjoewidajat?
Menurut pakar telematika ternama di Indonesia ini, sejak Power Balance (PB) mulai masuk ke Indonesia sekitar medio 2010 lalu, dirinya telah mendapat pertanyaan dari beberapa teman mengenai kebenaran khasiat produk tersebut. Pasalnya, yang diandalkan dari PB adalah justru hologramnya yang dibilang berkhasiat.
“Mengingat urusannya ini dengan kesehatan, tadinya saya tidak mau berkomentar banyak, akan tetapi saat digadang-gadang bahwa hologram mengandung medan magnet 20hz, maka ini mulai menjadi tanda tanya. Karena setahu saya hitungan magnet bukanlah berdasarkan Hz, melainkan Gauss (satuan daya tarik magnet). Sedangkan satuan Hz itu adalah untuk gelombang frekuensi (Hertz) di mana gelombang tersebut harus dihasilkan oleh suatu energi, bukan gambar,” katanya dalam pemaparan. Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Abah ini menganggap hasil pengamatannya mengenai magnet berkhasiat itu tidak masuk akal.
“Sungguh tidak masuk akal suatu gambar (dengan susunan seperti apapun) bisa menghasilkan suatu energi terkecuali gambar tersebut sedemikian rupa dapat mengaliri energi lain (misal angin), dan sampai tahap itu pun teori tersebut sudah gugur karena hologram pada PB ternyata tidak bertekstur khusus, melainkan datar saja. Lalu bagaimana penampang datar tanpa energi bisa mengatur energi lain? Sangat tidak masuk akal,” imbuhnya.
“Memang benar atas berbagai analisa daya magnet bisa berpengaruh terhadap aliran darah, namun bukan berarti itu terjadi dengan magnet kecil yang bekerja di balik plastik dan masih ada pembatas kulit serta daging sebelum ketemu dengan darah. Banyak unsur lain yang diperlukan seperti besaran daya magnet (dalam Gauss), jenis darah yang cair (bukan kental), dan sebagainya,” sambungnya. Kesimpulan tidak masuk akal itu semakin diperkuat dengan adanya testimoni teman mengenai khasiat PB.
“Mengenai hal ini, saya tidak laik bicara lebih jauh karena sudah melenceng dari telematika. Akan tetapi berdasarkan testimoni penggunanya sejak pakai PB, maka badan dia lebih seimbang, dan hal lain yang mereka percayai dari khasiat PB. Orang tersebut sudah sangat lama saya kenal dan dari dulu saya tidak melihatnya ada masalah keseimbangan, apalagi hobinya fotografi, dan dari dulu foto-fotonya sudah mantap dan fokus, kalau dia ada masalah keseimbangan pasti gambarnya banyak goyang atau tidak fokus,” tuturnya.
Tak hanya itu saja, Abah memastikan nama PB semakin berkibar lantaran turut mendapat promosikan dari publik figur. “Diklaim oleh produsennya bahwa PB sudah dipakai banyak artis dan atlet. Saat itu saya pun semakin yakin bahwa PB hanya bagus dalam propaganda dan promosi, mereka sangat tahu bahwa masyarakat Indonesia sangat mudah terpengaruh untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh idolanya. Dan bisa mendapatkan promosi gratis dari nama artis-artis yang disebut,” ucapnya.
“Tentu isu tersebut mulai menarik, karena informasi yang disampaikan mulai menciptakan tanda tanya besar, khususnya karena penggunaan istilah yang aneh, khasiat, dan sebagainya. Jelas saya kurang percaya dengan perangkat tersebut, dan tidak pernah mau memakainya,” lanjut pria berkacamata ini. Dengan kondisi tersebut, Abah pun mencoba membuktikannya. Hanya saja, dia tidak membeli PB dengan alasan harga yang cukup tinggi, sekira Rp300 ribu.
“Kebetulan sekali saat di suatu toko ada yang menawarkan PB, jadi bisa test di tempat. Berdasarkan test tersebut tidak terasa perbedaan sama sekali dan sangat kebetulan saya membawa magnet untuk menguji alat tesebut,” ungkapnya. “Anehnya, magnet tersebut tidak bereaksi. Saya coba pakai dan lakukan test keseimbangan tidak terasa perbedaan, namun pemilik masih berdalih bahwa khasiat tersebut baru terasa kalau sudah dipakai lama. Saya pun menolaknya,” sambungnya.
Setelah menguji coba gelang tersebut, Abah memastikan jika khasiat yang digembar-gemborkan tidak ada dalam PB. Bahkan, dirinya berani memastikan jika karet gelang pun bisa mengantarkan khasiat yang dimaksud. “Kepada yang ditawarkan alat tersebut pasti selalu diuji tiga cara penekanan pada tubuh di mana intinya kalau pakai Power Balance seakan jadi ada perubahan. Dan, tahukah Anda bahwa cukup dengan menggunakan gelang karet bungkus gado-gado sekali pun, khasiat yang disebut-sebut bisa terjadi, amazing? Bukan amazing gelang karetnya, tapi amazing cara test yang sebenarnya bisa dikatakan palsu. Dan ada bukti dari dokter yang menunjukkan beberapa kepalsuan tersebut,” tandasnya.
Beruntung, hasil uji coba Abah semakin diperkuat pernyataan Australian Competition and Consumer Commission (ACCC) bahwa PB tidak dapat memberikan bukti empiris maupun klinis mengenai khasiatnya. Untuk itu, produsen harus segera menarik barang-barangnya. “Sayang pengedar Power Balance di Indonesia tidak mendapat teguran baik dari departemen kesehatan maupun lembaga apapun (missal, YLKI). Padahal sepertinya tidak ada efek seperti yang dijanjikan,” sesal Abah.
“Semoga analisa ini bisa bermanfaat agar tidak banyak publik yang bisa lebih menjadi korban. Bila PB ditawarkan sebagai perangkat untuk tren mungkin tidak apa-apa, tetapi bila telah menyampaikan berbagai informasi dan propaganda yang menyesatkan itu yang harus diluruskan dan diungkapkan. Hal ini tentu bermanfaat agar tidak ada korban lebih banyak lagi,” tutupnya.
0 komentar:
Posting Komentar
ayo tinggalkan komentar mu :D